Setiap orang ingin dirinya bersih. Tapi, sedikit yang mau berusaha untuk bersih. Sehingga, banyak yang tidak menyadari bahwa ia sedang berada, melakukan, bahkan menghasilkan sesuatu yang tidak bersih. Sedikitnya Alquran dan as-sunah mengajarkan bersih dalam empat hal.
Pertama, bersih tempat. Rasulullah SAW sangat menekankan para sahabatnya agar membersihkan tempat tinggal mereka masing-masing. Tarikh menyebutkan, ketika Rasulullah di Madinah, yang membedakan para sahabat dengan orang-orang Yahudi adalah kebersihan halaman rumahnya. Jika kotor, bisa dipastikan pemilik rumah tersebut adalah orang Yahudi.
Kedua, bersih pakaian. Firman Allah SWT, ”Dan pakaianmu bersihkanlah.” (QS Al Mudatsir [74]: 4). Rasulullah diperintahkan Allah untuk membersihkan pakaiannya sebelum beliau berdakwah. Ada sebagian ahli tafsir yang menyatakan maksud pakaian dalam ayat tersebut adalah amalan, jiwa, badan, agama, dan keluarga. Tapi, ada pula yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah pakaian yang dikenakan.
Ketiga, bersih perut. ”Hai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mu’minun [24]: 51).
Ayat tersebut mengandung makna adanya hubungan yang erat antara makanan halal dan amal baik. Ini berarti bahwa makanan yang baik akan menghasilkan amal baik. Sebaliknya, perut yang diisi dengan makanan haram, akan berpengaruh pula pada amal yang buruk. Rasulullah SAW mengingatkan dalam sabdanya, ”Setiap daging yang tumbuh dari yang haram, maka neraka lebih layak baginya.” (HR Ahmad)
Keempat, bersih hati. Pentingnya menjaga kebersihan hati ini, sampai-sampai di akhirat kelak, Allah SWT tidak akan menerima kecuali orang-orang yang menghadap-Nya dengan hati yang bersih. (QS Asy-Syuara [26]: 89). Di antara bersih hati adalah jauh dari sifat takabur, riya, dengki, prasangka buruk, khianat, dan sebagainya.
Alangkah meruginya orang yang hatinya tidak bersih. Amalannya laksana gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak, di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya. (QS An-Nur [24] ayat 39-40).
Wallahu a’ lam bish-shawab.
Artikel ini telah dimuat di harian Umum Republika, 03 Juli 2019