Dewasa ini, dakwah sudah banyak dilakukan melalui media digital. Ini tidak terlepas dari perkembangan zaman di mana masyarakat lebih banyak menghabiskan waktunya di ruang digital. Karena itu, kemampuan seorang da’i dalam menggunakan perangkat digital sebagai media dakwah mutlak diperlukan agar dakwahnya lebih optimal.
Di era kemajuan teknologi, seorang da’i wajib menguasa informasi dan teknologi. Sebab hanya dengan penguasaan teknologi dan informasi itulah, dakwah bisa berjalan efektif sesuai dengan perkembangan zaman. Para da’i yang tidak melek teknologi mungkin akan sedikit menemui beragam kesulitan dalam menyebarkan materi dakwahnya. Jika seorang da’i memiliki literasi digital yang baik, maka ia akan bisa merancang dengan menarik konten dakwahnya sehingga mudah dipahami oleh masyarakat khususnya para pengguna media sosial.
Berdakwah di era perkembangan teknologi memang memiliki tantangan tersendiri bagi para da’i. Sebab, kehati-hatian dalam menyampaikan pesan dakwah harus diperhatikan. Para pendakwah juga harus siap dengan segala resiko karena tidak sedikit pengguna media sosial yang usil dengan cara memotong isi dakwah dan menyebarkannya kembali ke masyarakat. Jika ini yang terjadi, maka akan sulit dihapus dan akan menjadi jejak digital.
Pesan dakwah yang disampaikan harus didasarkan pada fakta dan kebenaran. Itu artinya, dakwah tidak boleh berisi kebohongan (hoax) karena akan menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat. Dalam konteks ini, Allah SWT berfirman:
إِنَّ ٱلَّذِينَ جَآءُو بِٱلْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنكُمْ ۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَّكُم ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ لِكُلِّ ٱمْرِئٍ مِّنْهُم مَّا ٱكْتَسَبَ مِنَ ٱلْإِثْمِ ۚ وَٱلَّذِى تَوَلَّىٰ كِبْرَهُۥ مِنْهُمْ لَهُۥ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar” (QS. An-Nur: 11).
Berdasarkan ayat di atas, dalam berdakwah seorang da’i harus berpegang teguh pada kebenaran yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis. Berhati-hatilah menggunakan media sosial sebagai media dakwah.
Langkah strategis dalam berdakwah sebagai upaya mempersempit penyebaran informasi atau berita bohong di media sosial adalah dengan tetap berhati-hati terhadap berita apalagi dari orang-orang fasik. Dalam hal ini, Mahmuddin (2021) memberikan beberapa cara untuk mengenali berita bohong yang ada di media sosial; 1) memeriksa situs dan kualitas berita atau artikel, 2) memeriksa kebenaran informasi, 3) waspada dengan judul yang provokatif, 4) memeriksa fakta, 5) memeriksa keaslian foto, 6) ikut serta dalam diskusi anti-hoax.
Tantangan lain berdakwah di era digital adalah godaan dunia (popularitas). Godaan ini sering menjadikan seorang pendakwah sebagai selebritis yang kadang untuk mencapai itu semua menghalalkan segala cara demi meningkatnya followers atau subscribernya, dibanding membawa misi dakwah Nabi Muhammad Saw. Belum lagi jika jumlah penggemar sudah banyak, maka godaan jabatan pun sudah datang menunggu, baik dari politisi, pejabat maupun kelompok lain yang ingin memanfaatkan followernya untuk kepenting tertentu.
wallahu a’lam bish showab

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *