Proses dakwah dan proses komunikasi banyak memiliki persamaan, akan tetapi sebagian ada yang menganggap bahwa proses dakwah dengan komunikasi berbeda, sehingga tidak mengherankan jika kemudian muncul beragam pandangan masyarakat mengenai dua hal ini. Banyak orang yang mendefinisikan bahwa proses dakwah merupakan bagian dari komunikasi, namun tak sedikit pula orang yang memberikan pendapat bahwa komunikasi itu merupakan bagian dari proses dakwah.
Menurut Liliweri (1991), dalam kegiatan komunikasi dan dakwah terdapat kondisi paralel yang sifatnya saling mengisi dan saling melengkapi satu dengan yang lain. Dengan adanya aktivitas komunikasi memungkinkan terlaksananya pula tugas-tugas. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hubungan komunikasi dan dakwah merupakan hubungan kausal, artinya masih sering dilaksanakan komunikasi berarti makin mantap pula dakwah. Begitu pula sebaliknya bahwa dakwah adalah kegiatan komunikasi yang berarti makin intensifnya kegiatan dakwah akan berakibat terjadinya komunikasi yang berarti pula.
Dengan demikian antara komunikasi dan dakwah terdapat beberapa persamaan diantaranya dilihat dari definisinya. Ilmu dakwah mempunyai keterkaitan dengan ilmu komunikasi. Kedua ilmu tersebut sama-sama membahas tentang proses penyampaian suatu pesan. Dakwah jika dilihat melalui proses berarti sama dengan komunikasi, di mana da’i menyampaikan pesan ajaran agama kepada mad’u, dan mad’u menjadi penerima pesan tersebut, dan meresponnya. Dalam hal ini terjadi suatu transmisi pesan oleh da’i dan kemudian ditafsirkan oleh mad’u. Proses ini diharapkan dapat terjadi efek berupa perubahan pada mad’u.
Lebih lanjut, Liliweri (1991) menyatakan bahwa dilihat dari tujuan, komunikasi mengubah sikap, mengubah opini, pendapat, atau pandangan, mengubah prilaku dan mengubah masyarakat. Sedangkan tujuan dakwah adalah memberikan pemahaman tentang Islam kepada masyarakat dengan tujuan untuk merubah perilaku masyarakat sebagai sasaran dakwah. Dari hal tersebut diharapkan adanya partisipasi dari komunikan atas dasar ide-ide atau pesan-pesan yang disampaikan oleh pihak komunikator sehingga pesan-pesan yang disampaikan tersebut terjadilah perubahan sikap dan tingkah laku yang diharapkan.
Menurut Muqsi (2018) dakwah dan komunikasi sebagai aktivitas manusia sudah ada sejak manusia itu sendiri ada. Komunikasi ada sejak kelahiran manusia, demikian pula dakwah sebagai kegiatan dan proses sudah ada sejak kelahirannya. Dakwah dikembangkan dengan ilmu komunikasi, dan ilmu komunikasi juga mengalami perluasan area dan perkembangan melalui intensitas dakwah, yang selalu membutuhkan kreatifitas dan pengembangan metode, materi dan sebagainya.
Meskipun terlihat banyak kesamaan dan hubungan antara dakwah dan ilmu komunikasi. Namun, dari aspek lain komunikasi dan dakwah mempunyai perbedaan. Perbedaan itu terletak pada penekanannya yaitu di mana komunikasi bermuatan pesan umum, sedangkan dakwah berkonotasi pesan khusus ajaran agama Islam. Dari segi tujuan, ciri khas yang membedakannya adalah terletak pada pendekatannya yang dilakukan secara persuasif, dan juga tujuannya yaitu mengarapkan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam.
Perbedaan lain dari segi komunikator, dalam komunikasi komunikatornya semua orang, sedangkan dakwah komunikatornya adalah mereka yang mempunyai profesi ataupun memang sengaja mengkonsentrasikan dirinya dalam tugas menyampaikan ajaran Islam.
Dari segi pesan, komunikasi adalah gagasan, pendapat, fakta dan sebagainya yang sudah dirumuskan dalam bentuk pesan. Karena dakwah merupakan aktifitas lanjutan daripada tugas rasul maka materi yang akan disampaikan dalam kegiatan dakwah adalah semua ajaran yang dibawa Rasulullah SAW yang datangnya dari Allah SWT untuk seluruh umat.
Dari segi aktivitasnya, kegiatan dakwah merupakan salah satu kegiatan komunikasi, di mana da’i mengkomunikasikan pesan kepada mad’u, perorangan atau kelompok. Dalam hal teknis, dakwah dipahami sebagai komunikasi antara komunikator atau diistilahkan dengan da’i dan komunikan sebagai mad’u. Dengan dengan demikian segala bentuk teknis yang berlaku pada komunikasi berlaku juga pada dakwah, begitu juga hambatan pada komunikasi menjadi hambatan pada dakwah.
Di antara perbedaan tersebut, menurut Ahmad Yani (2008) dalam berkomunikasi dan berdakwah, seorang komunikator atau da’i harus mengetahui siapa yang menjadi komunikan atau Mad’unya agar mencapai hasil yang maksimal. Pengenalan terhadap komunikan menjadi amat penting dalam menentukan kemasan penyampaian pesan dakwah, waktu yang digunakan, gaya apa yang dilakukan, isitilah apa yang digunakan, melalui media apa hingga pakaian apa yang digunakan.
wallahu a’lam bish showab