Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan sibuk, boleh jadi kita semua terjebak dalam rutinitas harian yang padat. Tuntutan pekerjaan, tanggung jawab keluarga, serta berbagai aktivitas sosial sering kali membuat seseorang merasa kekurangan waktu untuk mendalami agama, apalagi menjalankan dakwah. Di tengah situasi seperti ini, muncul kebutuhan untuk menghadirkan dakwah yang lebih humanis, yang mampu menyentuh hati dan memberikan nilai spiritual tanpa membebani atau menambah tekanan dalam kehidupan sehari-hari.
Dakwah humanis adalah pendekatan yang menekankan pada empati, pengertian, dan kasih sayang dalam menyampaikan pesan-pesan Islam. Dalam konteks kehidupan yang sibuk, dakwah ini berusaha untuk lebih memahami kondisi dan tantangan yang dihadapi oleh orang-orang, kemudian memberikan solusi yang relevan dan aplikatif.
Rasulullah SAW sendiri telah mencontohkan pendekatan dakwah yang penuh dengan kasih sayang dan pengertian terhadap keadaan umatnya. Beliau bersabda,
بُعِثْتُ بِالْحَنِيفِيَّةِ السَّمْحَةِ
“Aku diutus dengan agama yang lurus dan mudah”.
Hadis ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang fleksibel dan penuh kemudahan, sesuai dengan kondisi dan kemampuan setiap individu. Dan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107).
Ayat ini menegaskan bahwa misi dakwah Nabi Muhammad SAW adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya bagi umat Islam, tetapi juga bagi seluruh manusia dan makhluk hidup lainnya. Konsep ini mengharuskan dakwah yang dijalankan dengan cara yang membawa kebaikan, kedamaian, dan kebahagiaan bagi semua orang.
Di zaman modern ini, tantangan dakwah bukan hanya tentang menyampaikan ajaran Islam, tetapi juga tentang bagaimana menjangkau hati orang-orang yang mungkin merasa jauh dari agama akibat kesibukan atau tekanan hidup. Oleh karena itu, dakwah humanis harus mampu menawarkan pesan-pesan yang relevan, mudah dipahami, dan aplikatif.
Misalnya, dalam menghadapi stress dan tekanan kerja, dakwah bisa menyampaikan pesan tentang pentingnya dzikir dan ibadah sebagai sarana untuk meraih ketenangan batin. Begitu pula, dalam menghadapi masalah keluarga atau hubungan sosial, dakwah bisa memberikan solusi berdasarkan prinsip-prinsip Islam yang menekankan pada keharmonisan, pengampunan, dan saling pengertian.
Pendekatan ini tidak berarti mengurangi intensitas atau esensi dari ajaran Islam, tetapi lebih kepada bagaimana pesan tersebut disampaikan dengan cara yang lebih ramah dan dekat dengan realitas hidup. Misalnya, seorang da’i bisa mengaitkan pentingnya salat dengan manfaatnya bagi kesehatan mental dan fisik, atau bagaimana ajaran Islam tentang sedekah bisa membantu meringankan beban orang lain di tengah krisis ekonomi.
Selain itu, dakwah humanis juga harus memperhatikan bahwa setiap orang memiliki latar belakang, pengalaman, dan pemahaman yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penting untuk menyampaikan dakwah dengan penuh kesabaran dan tidak memaksakan.
Seperti yang diajarkan oleh Nabi SAW dalam sebuah hadis,
يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا
“Permudahlah dan jangan dipersulit, berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari.”
Pesan ini sangat relevan dalam dakwah humanis, di mana tujuan utama adalah menyentuh hati dan memotivasi orang untuk mendekat kepada Allah SWT tanpa merasa terbebani.
Dakwah humanis juga melibatkan pendekatan yang lebih personal dan interpersonal. Ini berarti seorang da’i perlu mengenal dan memahami audiensnya, berkomunikasi dengan mereka secara langsung dan personal, serta memberikan perhatian terhadap kebutuhan dan permasalahan mereka. Hal ini bisa dilakukan melalui dialog yang interaktif, mendengarkan dengan empati, dan memberikan nasihat yang sesuai dengan situasi individu.
Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, dakwah humanis juga bisa memanfaatkan teknologi untuk menjangkau lebih banyak orang dengan cara yang lebih efektif. Media sosial, blog, dan platform online lainnya bisa menjadi sarana untuk menyebarkan pesan-pesan Islam dengan cara yang ringan namun bermakna. Misalnya, video pendek yang menyampaikan hikmah atau kutipan inspiratif dari Al-Qur’an dan Hadis bisa lebih mudah diterima dan diakses oleh masyarakat luas.
Dengan demikian, dakwah humanis di tengah kehidupan yang serba sibuk adalah upaya untuk menghadirkan ajaran Islam dengan cara yang lembut, relevan, dan aplikatif. Dengan menekankan pada rahmat, kasih sayang, dan pemahaman, dakwah ini tidak hanya menyampaikan ajaran agama, tetapi juga berusaha untuk menyentuh hati, menginspirasi, dan membantu setiap individu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT di tengah tantangan hidup yang semakin kompleks.
Wallahu a’lam bish showab