Di era kemajuan teknologi digital, manusia dapat berkomunikasi antar sesama dengan mudah tanpa batasan jarak, tempat dan waktu. Kehadiran internet yang didukung media sosial seperti Facebook, Instagram, dan TikTok memungkinkan seseorang berkomunikasi dengan orang lain dari berbagai penjuru dunia. Bahkan, dalam hitungan detik kita dapat mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi di negara lain hanya dengan bermodalkan smartphone yang terkoneksi ke jaringan internet.
Dalam praktiknya kehadiran media sosial ibarat dua sisi mata pisau yang memiliki dampak positif sekaligus negatif, Tentu saja hal ini tergantung kepada siapa yang menggunakannya. Jika media sosial digunakan oleh orang yang tepat, maka akan dipergunakan untuk hal-hal positif, seperti mendakwahkan Islam yang ramah, mempererat hubungan antar sesama, berjualan secara online, dan menyebarkan kebaikan kepada orang lain.
Namun, jika media sosial ini dipegang oleh orang yang tidak benar, maka tentu saja akan digunakan untuk menyebarkan tindak kejahatan, seperti jual-beli barang haram, prostitusi online, perundungan di dunia maya, dan menyebarkan informasi palsu yang dapat menyulut permusuhan di tengah masyarakat.
Dalam konteks inilah para pengguna media sosial perlu mengedepankan etika dalam melakukan komunikasi di jagat maya. Menurut Ilham Albar (2019), etika komunikasi adalah ilmu yang memperhatikan baik buruknya cara berkomunikasi. Etika komunikasi memperhatikan kejujuran dan terus terang, keharmonisan hubungan, pesan yang tepat, menghindari kecurangan, konsistensi antara pesan verbal maupun non-verbal serta memperhatikan apakah para komunikator memotong suatu pembicaraan atau tidak.
Meskipun tidak dilakukan secara tatap muka, tapi komunikasi di media sosial perlu dilakukan dengan hati-hati dan bijaksana. Ajaran Islam sendiri mengajarkan bahwa etika sangat diutamakan. Nabi Muhammad Saw diutus ke dunia ini salah satu misinya adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Beberapa Panduan
Sebagai agama rahmatan lil alamin, Islam mengatur segala aspek kehidupan manusia tak terkecuali dalam aspek komunikasi. Islam sangat menjunjung tinggi etika dalam berkomunikasi dengan memberikan panduan agar terjalin komunikasi yang baik dan efektif antar sesama pengguna media sosial. Dalam kaitan ini, ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam menjalin komunikasi di media sosial.
Pertama, menjadikan media sosial sebagai sarana menyebarkan kebaikan. Media sosial harus dijadikan sebagai sarana untuk menyebarkan kebaikan kepada orang lain. Seseorang yang mengedepankan akhlak akan menyebarkan berbagai manfaat melalui tulisan dan tidak akan tergesa-gesa dalam mengunggah berita. Ladang pahala justru akan mengalir apabila setiap hal yang disebarkan mengandung kebaikan dan bermanfaat untuk orang lain.
Kedua, lakukan cek dan ricek. Jika ada berita atau informasi jangan mudah menyebarkannya. Lakukan cek dan ricek terlebih dahulu. Sebab, apabila informasi yang ditampilkan hanya untuk mencari popularitas tanpa mengindahkan kebenaran, maka akan menimbulkan kegaduhan. Selain itu, informasi tidak benar (hoaks) yang tersebar di media sosial bisa berujung pidana.
Penyebaran informasi bohong sudah dijelaskan dalam Islam sebagaimana firman Allah Swt: Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu (juga). Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu bahkan itu baik bagi kamu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya (QS. An-Nur: 11).
Ketiga, selalu merasa diawasi oleh Allah. Muslim yang taat akan selalu merasa diawasi segala gerak-geriknya oleh Sang Pencipta. Sekecil apapun tindakan kita di dunia akan dimintai pertanggungjawaban nanti, termasuk segala aktivitas kita di dunia maya. Tulisan, cuitan, unggahan dan komentar kita di media sosial juga akan dihisab di akhirat kelak.
Keempat, ikhlas dalam bermedia sosial. Apapun yang kita bagikan melalui media sosial niatkan untuk ibadah. Lakukan hal itu dengan penuh keihklasan. Jadi, sebelum menggunakan platform media sosial tetapkan misi untuk menggapai Ridha Allah Swt tanpa beharap pujian dari manusia. Jangan sampai niat bermedia sosial hanya untuk mendapatkan popularitas.
Kelima, memahami pedoman dalam memproduksi konten di media sosial. Itu artinya, dalam bermedia sosial kita mesti menggunakan kalimat yang bijak, tidak multitafsir, dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Konten atau infomasi yang kita bagikan di media sosial harus mengandung kebermanfaatan dan mewujudkan kemaslahatan bagi sesama pengguna. Jangan mudah membagikan berita sebelum dicek kebenarannya. Dalam konteks ini Rasulullah Saw bersabda: Cukup seseorang dikatakan dusta, jika ia menceritakan segala apa yang ia dengar (HR. Muslim).
Dengan berpedoman kepada lima etika tersebut, penulis yakin komunikasi di dunia maya akan berjalan dengan baik dan efektif. Tak kalah pentingnya, jika etika itu dapat dipraktikkan maka persaudaraan antar anak bangsa akan tetap terjaga dan jauh dari perpecahan. Karena itu, etika berkomunikasi di media sosial perlu kita jaga bersama dan umat Islam harus berada di garda terdepan dalam menjunjung tinggi etika ini.
Wallahu a’lam bish showab
artikel ini telah dimuat di timesindonesia.co.id tanggal 03 Juli 2024