Pertanyaan di atas adalah penggalan dari terjemahan awal ayat 10 surat Al-Hadid. Ulama ahli tafsir seperti Imaam Al-Qurtuby menyebutkan bahwa ayat tersebut adalah ayat yang berbentuk pertanyaan namun maksudnya adalah sindiran, yaitu sindiran terhadap orang-orang yang tidak mau menginfakkan hartanya di jalan Allah SWT.

Lengkapnya ayat tersebut berbunyi :

وَمَا لَكُمْ أَلَّا تُنفِقُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلِلَّهِ مِيرَٰثُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ لَا يَسْتَوِى مِنكُم مَّنْ أَنفَقَ مِن قَبْلِ ٱلْفَتْحِ وَقَٰتَلَ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِّنَ ٱلَّذِينَ أَنفَقُوا۟ مِنۢ بَعْدُ وَقَٰتَلُوا۟ ۚ وَكُلًّا وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلْحُسْنَىٰ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Maka makna pertanyaan tersebut di atas adalah apa yang mencegah kamu untuk berinfaq di jalan Allah SWT ? padahal dengan berinfaq itu kamu bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, apalagi jika kamu telah meninggal, maka kamu tidak akan membawa harta. Semuanya akan kembali menjadi milik Allah SWT. Langit dan bumi akan kembali kepada Allah SWT setelah seluruh makhluk yang mengisi keduanya telah tiada. Demikian menurut Imam Al Qurtuby.

Ibnu Katsir menuturkan, maksud ayat ini adalah perintah agar berinfak dan jangan takut jatuh miskin dan kekurangan karena infaq, sebab sesungguhnya Allah adalah Yang memiliki langit dan bumi dan di tangan kekuasaan-Nyalah keduanya dikendalikan, dan di sisi-Nyalah semua perbendaharaan keduanya. Dialah Yang memiliki ‘Arasy dengan semua yang dikandungnya.

Pertanyaan senada Allah sebutkan pada 2 Ayat sebelumnya, yakni ayat 8 :

وَمَا لَكُمْ لَا تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۙ وَٱلرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ لِتُؤْمِنُوا۟ بِرَبِّكُمْ وَقَدْ أَخَذَ مِيثَٰقَكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman.”

Sebagian Ahli tafsir mengatakan bahwa maksud ayat ini adalah Allah SWT mengambil janji kepada manusia tatkala masih berada di dalam sulbi Adam. Oleh karena itu, setiap orang yang lahir sebenarnya memiliki fitrah untuk beriman kepada Allah SWT, sehingga dia harus mencari sesuatu untuk dia ibadahi. Dan fitrah tersebut adalah dampak dari perjanjian yang Allah SWT ambil tatkala itu, meskipun seseorang tidak mengingat bahwa Allah pernah mengambil janji terhadapnya. Jadi ayat ini merupakan ajakan untuk beriman kepada Allah SWT, bahwa sesungguhnya Allah telah mengambil janji-janji di antara kita, kemudian Rasulullah SAW juga telah menyeru untuk beriman.

Dengan demikian, ayat 10 dimaknai sebagai ajakan untuk berinfaq, karena Allah SWT telah memerintahkannya, dan kemudian Rasulullah SAW juga telah menyeru untuk berinfaq. Apalagi di rangkaian ayat sebelumnya , Allah SWT menyebutkan perintah  untuk beriman dan berinfaq secara bergandengan.

ءَامِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَأَنفِقُوا۟ مِمَّا جَعَلَكُم مُّسْتَخْلَفِينَ فِيهِ ۖ فَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَأَنفَقُوا۟ لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.“

Allah mengirimkan salam dan Malaikat mengoyakkan pakaiannya karena Infaq

Adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq yang mendapatkan Salam dari Allah karena infaqnya. Dan karena Infaqnya Abu Bakar pula, para malaikat penjaga Arasy mengoyakkan pakaiannya. Sebagaimana disebutkan Imaam Al-Qurtubi ketika menafsirkan kalimat selanjutnya.

…. /الاية  لَا يَسْتَوِى مِنكُم مَّنْ أَنفَقَ مِن قَبْلِ ٱلْفَتْحِ وَقَٰتَلَ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِّنَ ٱلَّذِينَ أَنفَقُوا۟ مِنۢ بَعْدُ وَقَٰتَلُوا۟ ۚ

“…Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu…”

Diriwayatkan oleh Ibnu Umar. Ia berkisah: pada suatu hari, ketika aku berkunjung ke kediaman Nabi SAW, ternyata di sana telah ada Abu Bakar yang juga sedang berkunjung. Pada saat itu Abu Bakar mengenakan gamis yang telah koyak di bagian dadanya.

Setelah beberapa lami kami bercengkrama dengan Nabi SAW, tiba-tiba datanglah malaikat Jibril untuk menemui Nabi SAW, lalu ia bertanya : “Sepertinya aku melihat Abu Bakar mengenakan gamis yang telah koyak di bagian dadanya, wahai Nabi Allah, mengapa ia mengenakan gamis itu ? “ Nabi SAW Menjawab : “Ia telah menguras seluruh hartanya untuk diberikan kepadaku sebelum fathu Makkah dulu.” lalu malaikat JIbril berkata : “ketahuilah bahwa Allah berkata : “sampaikanlah salam-Ku untuk Abu Bakar, dan tanyakan kepadanya apakah ia ridha dengan kefakirannya sekarang ataukah ia tidak menyukainya ?”

Kemudian Nabi SAW menghampiri Abu Bakar dan berkata kepadanya : “Wahai Abu Bakar, sesungguhnya Allah SWT telah mengirim salam untukmu, dan Allah menanyakan apakah kamu ridha dengan kefakiranmu sekarang atau tidak ?” Lalu Abu Bakar menjawab, “Bagaimana mungkin aku membenci Rabbku? sesungguhnya aku ridha akan Rabbku. sesungguhnya aku ridha akan Rabbku. sesungguhnya aku ridha akan Rabbku. “ Lalu Nabi SAW berkata, “Ketahuilah bahwa Allah berkata kepadamu : Aku telah meridhaimu sebagaimana engkau telah ridha kepada-Ku”. Abu Bakar pun menangis mendengar hal itu.

kemudian malaikat Jibril menghampiri Nabi SAW dan berkata : “Demi Allah yang telah mengutusmu wahai Muhammad dengan sebenarnya, Aku bersumpah bahwasanya para malaikat penjaga Arasy telah mengoyakkan pakaian yang mereka kenakan semenjak sahabatmu ini terkoyakkan bajunya.”

Infaq di masa merintis

Kiranya implementasi kekinian dari ayat tersebut dan mencontoh apa yang dilakukan Abu Bakar ash-shidiq dalam mengeluarkan infaq adalah saat kita melihat ada yang merintis, mengawali atau masih berusaha membangun sesuatu. Maka sebisa mungkin kita membantu maksimal dengan membelanjakan harta kita di awal-awal, karena infaq yang pertama tentu tidak sama dengan infak yang belakangan. Kembali kepada izin Allah SWT, semuanya akan mendapat pahala, tetapi Allah SWT Maha Adil dalam memberi balasan.

Maka Rasulullah SAW seakan-akan ingin menjelaskan bahwa harta Abu Bakar adalah harta yang paling bermanfaat karena dikeluarkan tatkala masa merintis. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda :

مَا نَفَعَنِي مَالٌ قَطُّ، مَا نَفَعَنِي مَالُ أَبِي بَكْرٍ، قَالَ: فَبَكَى أَبُو بَكْرٍ، وَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلْ أَنَا وَمَالِي إِلَّا لَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ

“Tidak ada harta yang dapat memberiku manfaat sebagaimana bermanfaatnya harta Abu Bakar kepadaku.” Maka Abu Bakar menangis dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, Tidaklah aku dan juga hartaku adalah milikmu’.”

Mari berinfaq…

Wallahu a’lam bish showab


Artikel ini telah tayang di Minanews.net tanggal 15 Juli 2023

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *