Kata Ikhlas menjadi nama salah satu surat dalam al-Quran, meski kata ikhlas tak ada dalam surat tersebut tetapi makna surat itu bersesuaian dengan makna ikhlas menurut bahasa dan istilah yakni mensucikan Allah dari sifat-sifat materi yang tidak pantas untuk-Nya: Tidak Esa, Bukan menjadi tempat bersandar, punya keluarga, dan ada yang sama dengannya.
Di dalam Islam semua perbuatan baik dapat dikategorikan ibadah, dan dalam ibadah kita tidak diperintahkan kecuali untuk ikhlas, seperti disebutkan dalam surat al-Bayyinah ayat 5 berikut ini.
وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ
Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar) (QS. Al-Bayyinah: 5).
Jika elemen “ikhlas” ini hilang maka kemungkinan besar ia akan mendapat kerugian dan penyesalan.
Demikian pula dalam konteks komunikasi, jika dilakukan dengan cara yang apik maka ia termasuk pada kategori ibadah dan karenanya menjalankannya pun harus memiliki nilai keihlasan jika ia dilakukan dengan cara demikian maka ia akan mengadirkan nilai-nilai positif dalam setiap kegiatan komunikasinya.
Dalam kontek berkomunikasi nilai keikhlasan itu dapt dibangun yaitu dengan cara belajar mendengarkan omongan orang lain dengan seksama, tandanya dengan diam, tidak berbicara saat orang lain berbicara. Dan hal ini bukan perkara mudah, dalam perdebatan di televisi kita dapt menyaksikan beberapa omongan dan yang tidak mencirikan keikhlasan untk mendengarkan sehingga yang terjadi adalah kekacauan dan ketidakjelasan.
Ikhlas dalam Berkomunikasi
Berkomunikasi dengan ikhlas berarti melakukannya dengan niat baik, tulus, dan tidak mengharapkan imbalan atau pengakuan dari orang lain. Dalam konteks komunikasi, ikhlas dapat diwujudkan dengan cara-cara berikut:
a). Mendengarkan dengan Seksama,
Belajar mendengarkan adalah bagian dari komunikasi yang ikhlas. Ketika seseorang berbicara, mendengarkan dengan seksama menunjukkan penghargaan dan penghormatan kepada lawan bicara. Sebagaimana dikatakan dalam hadits, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Mendengarkan dengan diam saat orang lain berbicara merupakan tanda ikhlas.
b) Menghindari Interupsi.
Dalam komunikasi, interupsi dapat mengganggu alur pembicaraan dan menunjukkan kurangnya ikhlas dalam mendengarkan. Dalam debat atau diskusi, terutama yang ditayangkan di televisi, sering kita melihat peserta saling memotong pembicaraan, yang menyebabkan kekacauan dan ketidakjelasan. Sikap ini mencerminkan kurangnya keikhlasan.
c). Menyampaikan Kebenaran.
Komunikasi yang ikhlas juga berarti menyampaikan kebenaran meskipun mungkin tidak populer atau disukai oleh pendengar. Rasulullah SAW bersabda, “Katakanlah kebenaran walaupun itu pahit.” (HR. Ibnu Hibban). Menyampaikan kebenaran dengan niat ikhlas adalah bentuk lain dari komunikasi yang baik.
d). Menghindari Riya dan Ujub.
Riya adalah melakukan sesuatu untuk dilihat orang lain, sedangkan ujub adalah merasa bangga dengan amal sendiri. Kedua sifat ini harus dihindari dalam komunikasi. Komunikasi yang ikhlas dilakukan semata-mata karena Allah, tanpa mencari pujian atau pengakuan dari orang lain.
e). Menggunakan Bahasa yang Baik dan Sopan
Bahasa yang baik dan sopan menunjukkan keikhlasan dalam berkomunikasi. Rasulullah SAW mengajarkan untuk selalu menggunakan kata-kata yang baik. “Kata-kata yang baik adalah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Menggunakan bahasa yang baik juga mencerminkan niat yang tulus dalam berkomunikasi.
Penutup
Keikhlasan adalah inti dari setiap tindakan dalam Islam, termasuk dalam komunikasi. Dengan mendasarkan niat kita kepada Allah semata, kita tidak hanya mendapatkan pahala dari-Nya tetapi juga menciptakan komunikasi yang lebih efektif dan bermakna.
Dalam dunia yang semakin kompleks, menjaga keikhlasan dalam komunikasi menjadi tantangan, namun dengan niat yang kuat dan usaha yang sungguh-sungguh, kita dapat mencapainya dan mendapatkan keberkahan dalam setiap langkah kehidupan kita.
wallahu a’lam bish showab